Love In London : Menapaki London Dalam Cerita
"Inilah aku apa adanya. Dan inilah kamu apa adanya.
Aku sendiri belum berani memprediksikan apakah di masa depan
nanti aku seperti apa. Apakah aku bisa bangga kepada diriku sendiri?
Apakah orang yang akan bersamaku nanti bisa bangga pada diriku?"
- Love In London, hal 200
Bintang Ilham Prayoga adalah seorang penerima beasiswa S-2 di London. Sebenarnya pada awalnya itu bukan mimpinya, tapi mimpi mantan kekasihnya yang kini terwujudkan olehnya. Di sela-sela kuliahnya, Bintang juga bekerja di sebuah toko buku bernama The Old Posh sekaligus menulis artikel untuk media Indonesia dan Inggris. Di London, ia tinggal satu flat bersama Udjo dan Zain, mahasiswa Indonesia lainnya yang menerima beasiswa untuk bersekolah di negara itu.
Tanpa disangka, takdir mempertemukan Bintang dengan manta kekasihnya itu lagi di London. Padahal, Bintang sudah siap melangkah ke depan dengan dua orang gadis yang sedang menarik perhatiannya. Mampukah Bintang menghadapi masa lalunya? Kepada siapa akhirnya Bintang memercayakan hati dan masa depannya?
*****
Novel yang ditulis dengan apik. Itu kesan pertamaku buat novel ini.
Waktu membaca novel ini, rasanya nyaman banget karena penulisan tiap-tiap kalimatnya rapi dan indah. Aku benar-benar menikmati membaca setiap kalimat dalam buku ini. Penggambaran situasi dan tempat-tempatnya cukup jelas, sehingga aku bisa dengan mudah membayangkan tempat-tempat yang Bintang kunjungi dalam perjalanannya menyusuri London.
Buku ini benar-benar membuatku merasa dibawa ke London. Aku suka karena selain cerita, buku ini juga mengisahkan beberapa tempat bersejarah London sekaligus sejarah dan cerita dibaliknya. Aku jadi dapat pelajaran sejarah juga nih lewat buku ini. Tempat-tempat seperti The British Library, Florence Nightingale Museum, Tower of London, dan lainnya dipaparkan jelas beserta ceritanya dalam buku ini.
Penggambaran fisik tokohnya cukup jelas, namun karakter-karakternya kurang kuat. Tokoh yang menurutku paling membekas karakternya adalah Udjo, mahasiswa Indonesia yang kampung halamannya di Padang. Udjo itu religius, alim, tapi kalau sudah bertengkar dengan Zain, Udjo sering membuatku tersenyum geli dengan tingkahnya.
Dari segi alur, buku ini terbilang cukup datar, namun tetap tidak membuatku bosan. Aku nggak ngantuk sama sekali ketika membaca buku ini. Love In London berhasil membuatku penasaran sampai akhir dengan keraguan Bintang akan jalan hidupnya.
Muatan agamanya diceritakan dengan halus, namun jelas dan tidak menyinggung pihak manapun. Walaupun muatan agamanya ditujukan untuk pembaca yang beragama muslim, namun aku yang non-muslim juga tidak merasa keberatan dengan banyaknya muatan agama dalam novel ini. Justru aku senang karena tokoh-tokohnya punya pemikiran yang dewasa sejalan dengan pemahaman agamanya.
Akhir kata, aku mau bilang terima kasih untuk kak Silvarani yang sudah menulis buku yang sederhana namun indah ini. Aku belajar banyak lewat novel ini. Love In London membuatku belajar untuk lebih dewasa lagi dalam mengambil keputusan, terutama untuk tidak men-judge seseorang, karena belum tentu apa yang kita pandang salah itu salah. Selalu ada kesempatan bagi seseorang untuk merubah dirinya, asalkan orang itu mau.
My Ratings : 4.0/5

Comments
Post a Comment