Hi, Bibliophiles!

You can call me Sherry. Do you ever have something you love so much? I do. Books are my life, and that's why this page is here. I usually write in Indonesian language, but you can change the language above if you want to. I usually post on Saturday or Sunday. (If not then maybe I'm busy *rotfl*)

Discover My Books On Instagram

"I am a part of everything that I have read."
- Theodore Roosevelt

Book Tour Tips & Trick And Sponsored Content Perks + Bonus

Okay, so despite the title being so informative (LOL) the content won't be too hard to process. Just relax, I just wanna share some things that will be very useful if you want to be a book host! If you're not interested in being a book host, please continue reading cause I will also talk about sponsored content and it's perks. Seriously, it's a very interesting yet controversial topic to talk. Ehm, write.

So let's get started!

Sebelum memulai, aku mau bercerita dulu nih. Jadi di suatu siang di bulan Oktober, 2017, aku lagi melakukan sesi foto nih buat bookstagram bareng Xena (@thatjournalismgirl) lalu kebetulan dia lagi pegang hp-ku. Tiba-tiba, dia teriak-teriak kesenengan kasih tahu aku kalau aku terpilih jadi book host buat Penerbit Spring untuk buku Always and Forever, Lara Jean. Itu pengalaman pertamaku terpilih. Aku senang banget, aku bahkan nggak ingat lho kalau aku pernah daftar untuk book host itu. Itu pertama kalinya aku mendaftar jadi book host dan langsung terpilih. Tapi aku rasa itu cuma suatu kemujuran, jadi untuk teman-teman yang mau mendaftar, tips dariku adalah :

1. Jangan cepat menyerah
Waduh, sudah mirip motivator ya kata-katanya *rotfl* tapi benar lho, kalau kamu nggak terpilih, sakit hati, lalu memutuskan untuk nggak akan ikutan lagi, kamu nggak akan pernah bisa jadi book host. Kadang kegagalan itu memang perlu. Coba deh teliti entry dari host yang terpilih, kamu bisa belajar banyak hal dari sana. Selain itu, cobalah agak masa bodoh sama hasilnya biar kamu nggak terlalu kecewa. Asal kamu sudah melakukan yang terbaik, hasil juga nggak akan membohongi.

2. Belajar review yang baik, benar, dan menarik
Ini nih, basic supaya kamu terpilih jadi book host. Selain menggunakan kata-kata yang baik dan tidak menyinggung, memiliki konten yang bermanfaat, review kamu juga harus menarik agar pembaca review merasa tergugah untuk membaca buku tersebut. Serba-serbi review lebih lanjut bisa dilihat di highlight Instagramku ya, dengan judul #1100ThankYouGA dan Review 101.

3. Perkenalkan dirimu dengan baik dan jelas
Dalam beberapa pencarian book host, kadang-kadang ada syarat untuk mencantumkan sedikit perkenalan diri. Meskipun yang terpenting adalah entry review kamu, perkenalan ini juga tak kalah penting. Nggak usah terlalu jelas, kamu cukup perkenalkan nama, umur, lalu cantumkan sedikit kegiatan yang kamu lakukan (tentunya yang positif dan meyakinkan ya :D) dan jangan lupa, alasan kamu ingin mereview buku tersebut.

contoh : Halo kak Paus (Penerbit Spring)! Namaku Sherry, umurku 17 tahun dan sekarang aku tinggal di Bandung, Jawa Barat. Aku baru bergabung di komunitas bookstagram selama setahun lebih, dan aku senang karena bisa bertemu teman-teman  lain yang satu hobi denganku, juga dengan kak Paus yang lucu :D Aku pingin banget nih menjadi book host untuk buku ini. Alasan utamaku sih, untuk menambah pengalaman. Tapi selain itu, aku juga tertarik banget sama ceritanya. Aku merasa buku ini tipeku dan kalau aku terpilih, pasti kubaca. Aku juga berkomitmen untuk mereview sesuai ketentuan dan tanggal yang ditentukan. I'll do my best, Kak! Segini dulu ya Kak, entry dan perkenalanku. Love, Sherry.

4. TOTALITAS!
Kalau yang sering ikutin Instagram-ku, pasti tahu deh kalau ini motto utamaku. Totalitas penting banget, karena dengan totalitas, kamu nggak menyia-nyiakan 'pekerjaan' nge-book host yang sudah diberikan. Gimana sih cara totalitas dalam nge-book host? Simpel kok. Ikuti rules yang diberikan penerbit/penulis, lalu lakukan hosting sesuai tanggal yang ditentukan. Kalau kamu telat jangan lupa kabari penerbit/penulis dengan alasan yang jelas. Buat konten yang menarik, lalu jangan lupa promosikan di IG Story atau platform sosial media lainnya. Jangan lupa laporan ke penerbit/penulis! Untuk aku pribadi, aku biasanya menambahkan totalitasku dengan cosplay dan membuat video untuk booktube. Walau nggak diminta, ini caraku berterima kasih dan menghargai pihak yang sudah meng-hire aku.

5. Etika dalam menulis email
Nah, ada juga nih beberapa penerbit/penulis yang meminta persyaratan book host-nya di email saja. Nah, kamu juga bisa menarik hati penerbit/penulis dengan menulis email yang baik. Aku belajar ini dari kak Ika Natassa. Thank you kak Ika! :)
Pertama, jangan lupa menulis subjek email. Lalu, walaupun yang perlu kamu kirimkan hanya berupa attachment, badan email tetap TIDAK BOLEH dikosongkan. Lalu, apa dong yang harus diisi di badan email? Simpel saja: sekadar formalitas dan kesopanan. Jangan lupa pakai bahasa baku (sesuai KBBI) untuk email resmi ya!

contoh : Selamat pagi,
Perkenalkan, nama saya Sherry, dari akun bookstagram @booksntealibrary. Saya berminat menjadi book host untuk buku A. Berikut persyaratannya saya lampirkan pada attachment, ya. Terima kasih.

(attachment jangan ketinggalan!)
Salam,
Sherry

(Lalu, baca kembali dan periksa email-mu)

6. Objektif
Yah, ini pilihan masing-masing reviewer sih, tapi aku pribadi memilih untuk mengungkapkan apa adanya alias objektif saja.

Now let's start talking about sponsored content!

Perlu diketahui, ini masih berhubungan sama nomor enam di atas ya :)
Selama menjadi reviewer, aku dibebaskan untuk memilih apakah akan mereview secara objektif atau subjektif. Aku memilih jujur. Alasan utamanya, karena aku memikirkan pembaca buku itu nantinya. Selain merugikan pembaca, subjektif juga akan merugikan diriku sendiri sebagai reviewer. Kalau reviewku bagus banget dan ada yang sampai beli bukunya, nanti kalau dia baca dan nggak sesuai ekspektasi dia mungkin akan kecewa sama aku. Iya nggak sih? :)

Sponsored bukan berarti review dibagus-bagusin.

Memang sih, sebagai book host, kamu WAJIB membaca bukunya sampai habis, terlepas dari suka atau nggak. Lalu kalau akhirnya nggak suka bukunya, gimana dong? Nggak enak kan sama si pemberi kalau reviewnya jelek. Nah, ini juga bisa diatur, dengan etika mereview buku.

Pakailah bahasa yang baik dalam mengkritik sebuah buku. Jangan asal bilang jelek atau nggak suka, sertakan juga alasannya dan SARAN. Nah, perasaan nggak suka ini jangan menjadikan kamu hanya menulis hal-hal buruk saja ya. Ungkapkan juga apa yang kamu sukai dari buku tersebut. Pasti ada kan?

Lalu dari segi kesopanan, menurutku sebaiknya kamu jangan 'ngedumel' alias menggerutu tentang buku tersebut di IG Story. Aku terkadang membaca konten-konten keluh kesah seseorang tentang sebuah buku di IG story. Bebas-bebas saja sih kalau bukunya kamu beli sendiri. Tapi menurutku agak kurang pantas kalau kamu adalah book host dari buku tersebut. Menurutku ngedumel ini membuat citra suatu buku jatuh total. Biasanya, aku nggak akan membaca buku yang sangat-sangat tidak disukai bookstagrammer lain, karena citranya jadi jelek banget dimataku. Padahal, pasti ada juga hal-hal bagus dari buku itu.

Satu temanku ada yang cerita juga, dia nggak mau jadi book host karena nggak enak kalau dia review bukunya jelek. Nah, terus gimana sih menghindarinya? Well, ini bukan cara menghindari yang mutlak banget sih, tapi bisa membantu juga.

Pilih-pilih buku yang kira-kira akan kamu sukai. Sebelum mendaftar, kamu harus membaca blurbs bukunya, juga mengetahui genre buku tersebut. Kalau kira-kira kamu nggak akan suka, percayalah, JANGAN. Untukku pribadi, aku nggak suka horror dan thriller, jadi jelaslah kalau aku nggak akan ikutan book host buku bergenre itu. Mungkin kecuali untuk buku-bukunya Risa Saraswati karena aku lumayan penasaran :D Oh iya, aku juga nggak akan mengambil buku yang adegan dewasanya banyak. Still too awkward to read it, so yeah... *blink*

Menurut pengalamanku, mempromosikan suatu buku akan terasa mudah apabila kamu memang benar menyukai bukunya. Nah, karena ini, pilihlah buku yang bisa kamu nikmati. Jangan sampai kamu tersiksa karena harus membaca buku yang tidak kamu sukai sampai akhir. Ini juga berlaku agar penulisan review kamu mudah. Pasti gampang banget kan, menceritakan suatu hal yang benar-benar kamu sukai? :)


BONUS (Kalau kamu masih kuat baca :p) :

Ini cerita dari pengalamanku pribadi tentang sponsored content. Ini juga sekaligus menjadi warning buat kamu, agar nggak terjebak dalam pengalaman yang sama denganku.

Kalau kamu yang sudah follow aku cukup lama di akun bookstagram, pasti tahu kan, kalau beberapa waktu yang lalu, aku pernah hiatus selama kurang lebih 2 minggu? Waktu itu alasanku sibuk dan pingin liburan. Yaa, sebagian besarnya memang benar sih, aku memang pingin fokus liburan dulu. Tapi, ada alasan yang hanya kuceritakan ke beberapa orang, and maybe now's the time to reveal it :)

Jadi waktu itu aku sedang mengerjakan beberapa proyek sponsored. Tapi, waktunya kurang tepat. Proyek sponsored ini mengambil waktu liburanku. Waktu itu aku baru selesai Ujian Nasional dan menunggu kelulusan SMA, jadi wajar kan kalau aku ingin menikmati liburan setelah menyelesaikan ujian-ujian yang berantai dan bikin pusing kepala itu :)
Nah, perlu diketahui juga, kalau kamu menjadi book host atau mengerjakan proyek sponsored, kamu terikat deadline. Mirip mengerjakan PR atau kerja sih. Jadi aku merasa dikejar-kejar, saat aku ingin santai-santai. Nah, hiatus ini bisa dibilang pelarianku dari hal-hal yang berhubungan dengan bookstagram dan proyek-proyek itu.
Lah, kenapa? Tugasnya kan baca? Asik-asik aja dong kalau memang hobi?
Nah, awalnya juga aku berpikir begitu. Tapi kenyataannya nggak seperti itu. Kalau bacanya di-deadline, aku jadi nggak bisa merasa tenang. Merasa dikejar dan harus cepat selesai. Kalau lagi semangat baca sih, biasanya aku target satu hari berapa halaman agar bisa selesai di waktu yang ditentukan. Harus begini, soalnya biasanya aku hanya punya waktu satu sampai dua minggu, belum bukunya juga harus difoto. Kayak gini aku masih bisa enjoy sih bacanya. Noted, kalau lagi mood. Kebetulan waktu itu aku lagi pingin liburan, lagi kena reading slump juga. Nah, ini yang bikin situasinya jadi berat. Akhirnya aku hiatus dulu sambil menyelesaikan proyeknya pelan-pelan.
Waktu curhat ke guru BK sekolahku, beliau tertawa dan bilang, kalau hobi dijadikan 'pekerjaan' memang itu sih masalahnya. Apa yang dulu kita suka banget, bisa sampai kita benci karena jadi beban.

Nah dari sini aku belajar untuk mengambil book host dan proyek yang waktunya nggak berdekatan satu sama lain. Satu bulan cukuplah maksimal dua book host. Lalu, waktunya juga harus pas. Kalau kebetulan waktunya liburan, aku cuma mau ambil satu proyek aja, supaya nggak jadi beban yang akhirnya membuat aku nggak suka baca. Kalau ditawari suatu proyek, aku juga nggak mau asal terima. Sesuai tips di atas, aku akan pastikan dulu apakah bukunya cocok buat aku atau nggak.

Nah, kalian yang punya pengalaman jadi book host atau bikin sponsored content punya cerita juga nggak? Share ya di kolom comment di bawah! :)
Kalau kalian belum pernah jadi book host, apa sih yang membuat kalian ingin jadi book host?

Comments

Popular Posts